Kisah Nabi Yusuf Dicampak ke dalam Perigi

Permulaan kenabian Nabi Yusuf sebenarnya adalah ketika dia mengalami mimpi yang menakjubkan. Dalam mimpinya, Nabi Yusuf melihat sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya.Ketika menceritakan hal ini kepada ayahnya, Nabi Ya’qub pun mengatakan maksud mimpi itu adalah petanda Nabi Yusuf akan menjadi orang yang hebat.

Firman ALLAH SWT, maksudnya,

“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Iaitu) ketika mereka berkata. ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita berada dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhla Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tidak dikenali) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” Seseorang di antara mereka berkata. ‘Janganlah kamu bunuh Yusuf tetapi masukkanlah dia ke dasar perigi supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu ingin berbuat.” – Yusuf: 7-10

Mereka meminta supaya ayahya mengizinkan Yusuf pergi, bermain bersama mereka. Mereka menjelaskan kepada ayahnya, ingin mengajak Yusuf bermain-main bersama mereka. Tetapi sesungguhnya mereka menyembunyikan rancangan busuk, yang hanya diketahui oleh Allah semata-mata.

Firman ALLAH SWT, maksudnya,

“Mereka berkata, ‘Wahai ayah kami apakah sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami pagi esok, agar dia (boleh) bersenang-senang dan (boleh) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.’ Berkata Ya’qub, ‘Seseungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan khuatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya.’ Mereka berkata, ‘Jika dia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan(yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang rugi.” – Yusuf: 11-14

Baca: Kisah Nabi Ibrahim Berdebat Dengan Namrud

“Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar perigi (lalu mereka masukkan dia), dan (sewaktu dia sudah dalam perigi) kami wahyukan kepada Yusuf,’Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi.’ Kemudian mereka datang kepada ayah mereka pada waktu petang sambil menangis. Mereka berkata, ‘Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf berdekatan barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.’ Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran)dengan darh palsu. Ya’qub berkata, ‘Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk)itu, maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap ap yang kamu ceritakan.” – Yusuf: 15-18

“Kemudian datanglah kumpulan orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang mengambil air, maka dia menurunkan timbanya. Dia berkata. ‘Oh; khabar gembira, ini seorang anak muda!’ Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, iaitu beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” – Yusuf: 19-20

Baca: Contoh Karangan Rencana : Peranan Ibu Bapa Terhadap Keselamatan Anak-anak.

Firman tersebut diteruskan dengan

“Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya, ‘Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak. ‘Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agara Kami ajarkan kepadanya tadbir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” – Yusuf: 21-22

Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan Nun

Mengenai kisah Nabi Yunus a.s ini, Allah swt berfirman:

‘Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imanya itu bermanfaat kepadanya selain kamu Yunus? Tatkala meraka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.’ – Yunus:98

Baca: 3 Jenis Kata Nama Khas Tak Hidup dan Hidup

Para ahli tafsir mengatkan, bahawa Allah swt mengutus Yunus a.s kepada penduduk Nainuwi di daerah al-Muwasil. Lalu dia menyeru mereka ke jalan Allah swt, namun mereka lama, maka Yunus pergi dari tengah-tengah mereka, seraya mengancam mereka akan datangnya azab setelah tiga hari lagi.

Di dalam surah As-Saffat, Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang Rasul, (ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian dia mengundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingati Allah, nescaya dia akan tetap tinggal di dalam perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pokok dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, kerana itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu – As-Saffat: 139-148

Baca: Kisah Nabi Hud dan Kaum Ad

Para ahli tafsir mengatakan lebih lanjut, bahawa setelah Yunus berasa di dalam perut ikan, selama waktu yang menurut perkiraan secara normal dia sudah meninggal dunia, Yunus lalu cuba untuk menggerakkan anggota tubuhnya dan ternyata dia sudah meninggal dunia, Yunus lalu cuba untuk menggerakkan anggota tubuhnya dan ternyata masih boleh bergerak, sehingga dia yakin masih hidup. Kemudian dia menyungkurkan wajahnya, bersujud seraya berkata: “Ya Tuhanku, aku telah menjadikan tempat bersujud di suatu tempat, di mana tidak ada seorang pun dari hamba-hamba-Mu yang bersujud di tempat sebegitu.”

Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis

Allah swt menceritakan tentang kerajaan besar yang mengusai beberapa kerajaan kecil di negeri Yaman. Raja dari kerajaan ini memilih seorang puteri raha untuk dilantik menjadi ratu, menggantikan dirinya. Allah swt menceritakan tentang kekafiran mereka menyembah berhala, tidak menyembah Allah, Tuhan yang Esa tdan tiada sekutuNya. Pada awaktu itulah, Nabi Sulaiman mengirim surat kepadanya yang berisi seruan kepada mereka agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Firman Allah di dalam al-Quran yang bermaksud, “(Setelah membaca surat itu), berkatalah raja perempuan negeri Saba’: “Wahai ketua-ketua kamu! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sepucuk surat yang mulia.”

Kemudian Ratu Balqis pun berkata, “Sesungguhnya surat itu dari Nabi Sulaiman, dan kandungannya (seperti berikut): Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Bahawa janganlah kamu meninggi diri terhadapku, dan datanglah kamu kepadaku dengan menyerah diri (beriman dan mematuhi ajaran agama Allah). – Surah an-Naml:30-31

Firman Allah swt yang bermaksud:

Raja perempuan itu berkata: “Sesungguhnya raja-raja, apabila masuk ke sebuah negeri, mereka merosakkannya, dan mereka menjadikan penduduknya yang mulia hina-dina; dan sedemikian itulah mereka akan lakukan. “Dan bahawa aku hendak menghantarkan hadiah kepada mereka, kemudian aku akan menunggu, apakah balasan yang akan dibawa balik oleh utusan-utusan kita.” – Surah an-Naml: 34-35

Al-Quran memperincikan kisah Nabi Sulaiman AS sewaktu menerima ‘hadiah’ sehingga detik Ratu Balqis dibawa masuk ke dalam singgahsananya.

Firman Allah SWT yang bermaksud,

“Maka apabila (utusan pembawa hadiah itu) datang mengadap Nabi Sulaiman, berkatalah Nabi Sulaiman (kepadanya): “Tidaklah patut kamu memberikan kepadaku pemberian harta-benda, kerana apa yang telah diberikan Allah kepadaku lebih baik dari apa yang telah diberikanNya kepada kamu; (bukan aku yang memandang kepada pemberian hadiah) bahkan kamulah yang bergembira dengan hanya kekayaan yang dihadiahkan kepada kamu (atau yang kamu hadiahkan dengan perasaan megah).” – Surah an-Naml:36

Hadiah-hadiah itu terdiri dari berbagai perkara besar, sebagaimana yang disebutkan oleh para tafsir. Kemudian Sulaiman berkata kepada para utusan Balqis:

Baca: Kisah Nabi Daud: Kewafatan Baginda

“Kembalilah kepada mereka, (jika mereka tidak juga mahu beriman) maka demi sesungguhnya Kami akan mendatangi mereka dengan angkatan tentera yang mereka tidak terdaya menentangnya, dan kami akan mengeluarkan mereka dari negeri Saba’ dengan keadaan hina, menjadi orang-orang tawanan.” – Surah an-Naml:37

Nabi Sulaiman berkata pula (kepada golongan bijak pandainya): “Wahai pegawai-pegawaiku, siapakah di antara kamu yang dapat membawa kepadaku singgahsananya sebelum mereka datang menghadapku dalam keadaan berserah diri memeluk Islam?” Berkatalah Ifrit dari golongan jin: “Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi amanah”. – Surah an-Naml:38-39

Dakwah Nabi Sulaiman kepada Balqis tidak dibatasinya. Nabi Sulaiman menggunakan beberapa pendekatan yang amat luar biasa sehingga menjadikan Balqis tidak dapat meninggi diri. Hal ini dikisahkan secara terperinci melalui ayat suci al-Quran.

Firman Allah SWT yang bermaksud,

“Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: “Aku akan membawakannya kepadamu dalam sekelip mata!” Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya, berkatalah ia: “Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”. – Surah an-Naml:40-44.

Baca: Karangan Pendek Tentang Manfaat serta Kebaikan Bersukan

Nabi Sulaiman berkata pula (kepada orang-orangnya): “Ubahkanlah keadaan singgahsananya itu, supaya kita melihat adakah ia dapat mencapai pengetahuan yang sebenar (untuk mengenal singgahsananya itu) atau ia termasuk dalam golongan yang tidak dapat mencapai pengetahuan yang demikian”.

Maka ketika ia datang menghadap, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: Serupa inikah singahsanamu?” Ia menjawab: “Boleh jadi inilah dia; dan kami telah diberikan ilmu pengetahuan sebelum berlakunya (mukjizat) ini, dan kami pula adalah tetap berserah diri (menjunjung perintah Allah)”.

Dan ia dihalangi (daripada memeluk Islam pada masa yang lalu): apa yang ia pernah menyembahnya (dari benda-benda) yang lain dari Allah; sesungguhnya adalah ia (pada masa itu) dari puak yang kafir.

(Setelah itu) dikatakan kepadanya: “Dipersilakan masuk ke dalam istana ini.” Maka ketika ia melihatnya, disangkanya halaman istana itu sebuah kolam air, serta dia pun menyingsingkan pakaian dari dua betisnya. Nabi Sulaiman berkata: “Sebenarnya ini adalah sebuah istana yang diperbuat licin berkilat dari kaca”. (Mendengar yang demikian), Balqis berdoa: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri dan (sekarang aku menegaskan bahawa) aku berserah diri memeluk Islam bersama-sama Nabi Sulaiman, kepada Allah Tuhan sekalian alam “.

Kisah Nabi Musa – Wafat & Tampar Malaikat

Kisah kematian Nabi Musa tidak dibicarakan di dalam al-Quran. Walaubagaimanapun, kisah ini terdapat di dalam Sahih Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sebuah kisah daripada hadis sahih riwayat Abu Hurairah r.a. bahawa pada suatu ketika Malaikat Maut diutuskan kepada Nabi Musa untuk mengambil nyawanya. Sebaik sahaja tiba, Nabi Musa terus menamparnya sehingga terkeluar biji matanya.

Abu Hurairah r.a berkata:

Malaikat maut diutus kepada Musa dan ketika sampai padanya Musa mendorong sekuat-kuatnya, sehingga malaikat maut itu kembali lagi kepada Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Agong, seraya berkata, ‘Engkau mengutus aku kepada orang yang tidak menghendaki mati.’ Allah berfirman, ‘Kembalilah padanya, dn katakan agar dia meletakkan tangannya di atas belakang lembu. Dan setiap bulu yang tertutup tangannya, terhitung baginya setahun.’Malaikat maut bertanya, Ya Tuhanku, kemudian bagaiman?’ Allah menjawab, ‘Kemudian mati.’ Dia berkata, ‘Kalau begitu, saatnya sekarang.’ Lalu dia meminta Allah agar mendekatkannya ke tanah suci, sejauh lemparan batu.’

Ibnu Hibban juga meriwayatkan di dalam kitab sahihnya, melalui jalan Ma’mar dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Ma’mar berkata, orang yang mendengar Hasan memberitahuku menyebutkan hadis tersebut, kemudian mempersalahkannya, lalu oleh Ibnu Hibban menjawab,sebagaimana yang dia ketahui bahawa ketika malaiakat maut mengatakan yang demikian itu, dia tidak diketahui bahawa dia adalah malaikat maut. Kerana kedatangannya kepada Musa dalam bentuk rupa yang tidak diketahui oleh Musa. Musa mungkin dia tidak mengetahui bahawa yang datang itu adalah malaikat maut. Lalu dia menamparnya sehingga matanya terluka, kerana dia masuk rumahnya tanpa izin. Ini sesuai dengan syariat kita yang membenarkan menampar mata orang ketika melihat orang lain berada di dalam rumah kita, tanpa izin.

Hadith yang panjang ini memberi penjelasan kisah Nabi Musa didatangi oleh Malaikat Maut. Walaubagaimanapun, kehadiran Malaikat Maut pada kali pertama dalam rupa bentuk manusia menyebabkan Nabi Musa tidak mengetahui perkara itu atas arahan Allah.

Kisah Nabi Isa – Detik Kelahiran

Maryam dijadikan pemelihara dan pengabdi Baitul Maqdis. Dia berada di bawah tanggungan dan asuhan suami emak saudaranya, seorang Nabi pada masa itu, iaitu Zakaria. Ketika dewasa, Maryam sangat besungguh sungguh dlam beribadah, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya, pada saat itu. Dalam keadaan kematangan semangatnya itu, malaikat berbicara dengannya, dia menyampaikan berita gembira kepadanya, bahawa Allah telah memilihnya. Dia akan dianugerahi seorang anak yang suci, yang kelak bakal menjadi Nabi yang mulia, suci dan dimuliakan yang dikuatkan dengan beberapa mukjizat.

Kisah Nabi Isa - Detik Kelahiran

Maryam sangat terejut dengan berita gembira yang disampaikan oleh Malaikat itu kepadanya. Iaitu, mengenai hadirnya, seseorang anak melalui dirinya, tanpa seorang suami dan tidak pernah bersuami. Lalu malaikat memberitahu bahawa ALLAH Maha Berkuasa. Apbila Dia menghendaki untuk menjadikan sesuatu, maka cukuplah Allah berkata padanya, “Jadilah”, maka terjadilah ia.

Mendapat penjelasan sebegitu dari Malaikat, Maryam menjadi tenang, dia mengembalikan dan menyeru sepenuhnya kepada Allah swt. Dia tahu bahawa peristiwa itu merupakan ujian yang besar baginya.

Baca: Kisah Nabi Nuh: Sejarah Awal Penyembahan Berhala

Sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:

“Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebahagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimah-kalimah Tuhannya dan Kitab-kitabnya-Nya adlah termasuk orang-orang yang taat.” – At Tahrim:12

Ayat tersebut membawa maksud bahawa malaikat yang diutuskan kepada Maryam itu adalah Jibril. Dialah yang meniupkan roh melalui lubang leher bajunya, lalu tiupan roh itu masuk ke dalam farajnya. Jibril tidak menghadapkan secara langsung tiupannya itu ke arah farajnya. Sebagaimana firman-Nya yang bermaksud:

“Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebahagian dari roh (ciptaan) Kami.”

“Maka Maryam mengandungnya, lalu dia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.”

Baca: Bergambar – Zikir Harian Isnin hingga Ahad

Maryam mengandunglan Isa selama sembilan bulan, seagimana lazimnya wanita-wanita lain mengandung. Dia melahirkan bayi yang ada dalam kandungannya tepat pada waktunya.

Ramai ulama salaf yang menyebutkan mengambil (menukil) dari ahli kitab yang menyebutkan bahawa mereka kehilangan Maryam dari tengah-tengah mereka, maka mereka mencarinya, melewati tempat persingahannnya yang diliputi oleh cahaya. Mereka pun menju ke arahnya, dan ternyata Maryam bersama seorang anak.  Mereka berkata kepada Maryam: “Wahai Maryam, sesungghnya kamu telah melalukan sesuatu yang amat mungkar.” Yakni, kemungkaran yang sangat besar.

Ibnu Jarir menyebutkan, di dalam kitab Tarikhnya, bahawa mereka menuduh kehamilan Maryam itu akibat dari perbuatan Zakaria, maka mereka hendak membunuhnya. Oleh sebab itu, Zakaria melarikan diri dari kejaran kaum yang hendak membunuhnya.

Ketika keadaan semakin memburuk, keadaanya dirasakan semakin menyesakkan dada, dia tidak lagi mahu bicara, dia bertawakal, menyerah diri sepenuhnya kepada Allah swt tidak ada sesuataupun yang tertinggal darinya, selain keihlasan dan penyerahan secara menyeluruh kepada Allah swt. Dalam keadaan begitu, Maryam memberi isyarat kepada anaknya: “… maka Maryam menunjuk kepada anaknya,”

Pada saat itulah bayi itu berkata, sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:

“Berkata Isa, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” – Maryam:30-33

Ucapan ini sekaligus menolak anggapan orang yang mengatakan bahawa dia ialah anak Allah, bukan begitu, tetapi dia adalah hamba Allah.

Kisah Nabi Ibrahim Berdebat Dengan Namrud

Allah swt menceritakan perdebatan antara Ibrahim a.s dengan seorang raja yang sangat sombong lagi kafir yang mengau dirinya sebagai Tuhan. Engan tegas Ibrahim menyalahkan alasan raja sombongg lagi kafir yang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Dengan tegas Ibrahim menyalahkan alasan aja sombong itu sekaligus menjelaskan kebodohan dan kepandirannya. Ibrahim mematahkan alasan si raja sombong itu, lalu menjelaskna cara berhemat dengan benar dan beralasan.

Kisah Nabi Ibrahim Berdebat Dengan Namrud

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“Apakah kamu tidak memerhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) kerana Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaaan). Ketika Ibrahim mengatakan, ‘Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.’ ‘Orang itu berkata, ‘Saya boleh menghidupkan dan mematikan.’, ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat,’ lalu hairan terdiamlah orang kafir itu, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.’ – Al Baqarah:258

Para ahli tafsir dan ahli sejarah mengatakan, bahawa raja dimaksudkan adalah raja Babilonia yang bernama Namrud bin Ka’nan bin Kausy bin Saam bin Nuh. Demikian menurud Mujahid.

Baca: Kisah Nabi Nuh Dalam Al Quran

Ulama lain mengatakan, namanya adalah Namrud bin Falih bin ‘Abir bin Soleh bin Arfahsyadz, bin Sam bin Nuh.

Qatadah, Sadi dan Muhammad bin Ishaq berpendapat, ertinya, jika didatangkan kepadanya (Raja Namrud) dua orang yang telah ditetapkan hukuman bunuh pada kedua-duanya, maka dia menyuruh membunuh salah seorang dari kedua-duanya dan memaafkan yang lain. Dengan begitu, dia beranggapan bahawa dirinyalah yang menghidupkan dan yang mematikan. Dalam pendebatan dengannya, Ibrahim telah menampilkan dalil yang menunjukkan adanya Tauhan Pencipta segala peristiwa yang menimpa makhluk di dunia ini, yang menghidupkan dan mematikan. Ibrahim memaparkan perkara-perkara yang menunjukkan adanya Zat yang melakukan pnciptaan, pengurusan dan pengendalian planet, abnin, awan dan hujan yang harus diyakini kebenarannya, kerana semuanya itu tidak mungkin boleh berdiri dengan sendirinya. Dia Zat yang telah menciptakan aneka ragam binatang,lalu mematikannya.

Baca: Penenang Hati – Zikir Hari Selasa – Beserta Rumi.

Setelah perdebatan Namrud dipatahkan oleh Ibrahim, namun tidak disedari oleh kebanyakan manusia yang hadir menyaksikannya, maka Ibrahim kembali mengemukankan alasan lain yang menjelaskan adanya Zat Pencipta dan batalnya pengakuan Namrud. As-Saddiy menjelaskan, bahawa perdebatan antara Ibrahim dan zamrud itu terjadi pada saat Irahim keluar dari api pembakarnya dengan selamat, tidak tersentuh sedikitpun oleh gelojak api yang berkobar amat dasyat.

Kisah Nabi Hud dan Kaum Ad

Nabi Hud merupakan keturunan Sam bin Nuh (cucu Nabi Nuh ) dari suku ‘Ad suku yang hidup di  Arab, di suatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud, Shada, dan al-Haba. Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh , kaum Hud, iaitu suku ‘Ad tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaannya dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.

Kisah Nabi Hud dan Kaum Ad

Baca: Kisah Nabi Idris dalam Al Quran (Surah Maryam)

Nabi Hud memulakan dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku ‘Ad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar mereka dan bahawa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Diterangkan oleh Nabi Hud bahawa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang menciptakan mereka serta menghidupkan dan mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin  mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka, mengingatkan perihal kaum Nabi Nuh yang ditimpa azab Allah serta meminta mereka untuk berhenti dari menyembah berhala.

Bagi kaum ‘Ad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan sesuatu yang tidak pernah mereka dengar ataupun duga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat mengerti dan diterima oleh akal fikiran mereka.

Pembalasan Tuhan terhadap kaum ‘Ad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap tidak mudah percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.

Kemudian tanda-tanda datangnya azab Allah SWT mulai bermunculan. Diawali dengan kemarau panjang yang ditimpakan kepada mereka sehingga membuat banyak kerugian bagi Kaum ‘Ad. Kekeringan terjadi di mana-mana, mereka mengalami gagal hasil menuai, dan sumber air mereka mulai kering.Di tengah-tengah musibah yang melanda Kaum ‘Ad, Nabi Hud A.S kembali memperingatkan mereka untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, nescaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. – Hud:52

Baca: Soal Jawab Azan: Adakah Sah Solat Tanpa Azan dan Iqamat?

Kehancuran yang kedua dijelaskan di dalam ayat berikut:

“Adapun kaum ‘Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang , yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” – Al-Haqqah: 6-7.

Kisah Nabi Daud: Kewafatan Baginda

Telah dikemukan sebelumnya, mengenai hadis-hadis yang membahas tnetang penciptaan Adam a.s  ketika Allah mengeluarkan anak keturunan (dzurriyah) Adam dari belakangnya, lalu dia melihat di antara mereka yang menjadi para Nabi. Dia melihat dia antara merek seorang lelaki yang bagus bercahaya. Lalu bertanya: “Wahai Tuhanku, siapakah dia?” Allah menjawab: “Dia itu ialah puteramu, Daud.” Dia bertanya kembali: “Ya Tuhanku, berapaka umurnya?” Allah menjawab: “Enam puluh tahun.” Adam berkata: “Ya Tuhanku, tambahkanlah umurnya.” Allah menjawab: “Tidak, Aku tidak akan menambah umurnya, kecuali Aku tambah umurnya dengan mengambil dari umurmu.”

Baca: Kisah Nabi Adam – Qabil dan Habil

Umur Adam adalah seribu tahun. Lalu dari umurnya itu diambil empat puluh tahun untuk ditambah kepada anak keturunannya, iaitu Daud. Ketika tiba saatnya kematian Adam, malaikat maut datang kepadanya. Adam bertanya:

“Bukankah umurku, masih tertinggal empat puluh tahun lagi,” Adam lupa, yang mana umurnya, dikurangkan dan ditambah kepada anak keturunannya, Daud. Tetapi kemudian Allah menyempurnakan usia Adam, seribu tahun dan usia Daud seratus tahun.”

(HR. Tirmizi)

Kisah Nabi Daud: Kewafatan Baginda

Adapun tentang meninggalnya Daud a.s, Imam Ahmad telah mengatakan dalam Musnadnya, Qubaishah telah menceritakan kepada kami, Ya’qub bin Abdur Rahman bin Muhammad bin Amr bin Abu Amr telah menceritakan kepada kami dari al-Muthalib, dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah S.a.w bersabda;

Baca: Soal Jawab Azan: Adakah Azan dan Iqamat Perlu Dilakukan Orang Yang Sama?

“Daud a.s adalah orang yang pencemburu sekali, ketika Daud a.s keluar rumah, dia mengunci pintu-pintu sehingga dia kembali, tidak seorang pun boleh masuk ke dalam keluarganya. Pada suatu hari Daud keluar rumah dan dia pun mengunci rumahnya. Kemudian isterinya mengintip ke dalam rumah. Tiba-tiba ada seorang lelaki berada di dalam rumah itu. Dari mana orang itu boleh masuk rumah, sedangkan rumah masih terkunci. Demi Allah, ini merupakan aib bagi Daud a.s. Kemudian Daud a.s mendatangi lelaki yang berdiri di tengah-tengah rumahnya. Daud a.s bertanya, “Siapakah anda?” Lelaki itu menjawab, “Saya adalah orang yang tidak pernah takut kepada raja dan tidak ada penghalang bagi saya.” Daud berkata, “Kalau begitu, engkau pastilah Malaikat Maut yang datang membawa perintah Allah S.w.t, selamat datang.” Dan Malaikat Maut pun berdiam diri beberapa ketika hingga dicabutnya roh Daud a.s. Dan ketika sudah dimandikan dan dikafani, panas terik matahari menyengatnya. Kemudian Sulaiman a.s memerintahkan kepada burung untuk memberikan naungan kepada Daud a.s. Burung-burung pun menaungi Daud sampai bumi kelihatan gelap di bawah naungan-nya.  Kemudian Sulaiman memberikan perintah kepada burung-burung tersebut, “rapatkan-lah satu sayap kalian.”

HR Ahmad

Kisah Nabi Ayub – Diuji Penyakit Kulit

Nabi Ayyub AS menderita penyakit yang kronik sehingga teman-temannya menjauhinya, orang ramai merasa jijik, beliau diusir dari daerahnya, dibuang di tempat sampah di luar kampung halamannya dan orang ramai tidak mahu berhubungan dengannya. Tidak ada seorang pun yang mahu mendekatinya kecuali isterinya. Dialah yang memenuhi segala keperluannya. Isterinya mengetahui segala kebaikan-kebaikan Nabi Ayyub AS pada masa lampau dan kasih sayangnya kepada dirinya. Isterinya sentiasa mendampinginya, mengubatinya, dan membantunya ketika membuang hajat sehinggalah melakukan segala perkara untuk kebaikannya.

Kisah Nabi Ayub - Diuji Penyakit Kulit

Maka keadaan si isteri pun mulai lemah dan terkikis harta bendanya. Bahkan dia juga terpaksa menjadi pembantu kepada orang lain untuk mendapatkan upah bagi membeli makanan dan memenuhi keperluannya.

Disebutkan di dalam hadis sahih, bahawa Rasulullah saw bersabda: ‘Orang yang mendapat cubaan paling berat ialah para Nabi, lalu orang-orang soleh, kemudian yang semisal dan seterusnya.” “Seseorang itu diuji sesuai dengan tahap keteguhannya berpegang pada agamanya, jika dia benar-benar teguh, maka dia akan semakain tambah diuji.”

Ketika masa berjalan demikian lama, isterinya berkata: “Wahai Ayyub, sekiranya engkau berdoa kepada Allah, nescaya Allah akan memberikan kelapangan bagimu.”

Baca: Kisah Nabi Adam – Hadis Tentang Awal Penciptaan Adam

Nabi Ayyub AS menjawab: “Aku telah menjalani hidup dengan sihat selama tujuh puluh tahun. Sangat sedikit sekali bagi Allah bila aku bersabar untuk menghadapi ujian ini selama tujuh puluh tahun.” Si isteri tersentak mendengar ungkapan Nabi Ayyub AS. Si isteri juga pernah bekerja kepada orang lain untuk mendapatkan upah, serta memberi makan Nabi Ayyub AS dengan upahnya. Kemudian, orang ramai tidak mengambilnya bekerja setelah mengetahui bahawa dia adalah isteri Nabi Ayyub AS. Mereka risau tersebar penyakitnya apabila bergaul dengan isterinya. Apabila dia tidak lagi menemui orang yang mahu mengambilnya bekerja, lalu dia menjual salah satu tocang rambutnya kepada anak-anak perempuan ternama untuk membeli makanan yang baik dan banyak. Dia membawanya kepada Nabi Ayyub AS. Nabi Ayyub AS lalu bertanya: “Dari manakah engkau mendapatkan makanan-makanan ini?” Nabi Ayyub AS tidak mahu makan sebelum diberitahu asal makanan tersebut. Si isteri menjawab: “Aku bekerja dengan orang.”

Baca: 9 Hadis Nabi: Hidup Sederhana dan Kelebihan Berlapar (Gambar)

Keesokan harinya, si isteri sekali lagi tidak berjaya menemui seseorang yang mahu mengambilnya bekerja. Akhirnya dia menjual tocang rambutnya yang kedua untuk membeli makanan dan memberikannya kepada Nabi Ayyub AS. Baginda menolak dan tidak mahu makan sebelum diberitahu dari mana asal makanan-makanan tersebut. Si isteri pun membuka tudungnya. Tatkala Nabi Ayyub AS melihat kepala isterinya telah botak, Nabi Ayyub AS berdoa sepertimana firman Allah SWT:

Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayyub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: “Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani”. – al-Anbiya’:83

Syeikh al-Sobuni berkata: Cara diberi sembuh oleh Allah kepada Nabi Ayyub AS selepas beliau berdoa kepada-Nya, maka Allah wahyukan untuk beliau menghentak kakinya ke bumi. Kemudian dia lakukan dan keluar daripadanya air yang sejuk. Kemudian diperintahkan kepadanya untuk minum dan mandi daripadanya. Lantas Allah menyembuhkannya bahkan menjadi lebih sempurna apa yang telah dimilikinya dengan kesihatan dan kekuatan.